Didampingi Wapres Boediono, Presiden SBY menjawab pertanyaan wartawan soal isu "reshuffle", di Kantor Presiden, Selasa (4/10/2011) siang.
JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, proses reshuffle atau penataan kembali Kabinet Indonesia Bersatu II yang dilakukannya bersama Wakil Presiden Boediono selama satu pekan terakhir berjalan secara sistemik dan akuntabel. Presiden, dan juga Wapres, mempertimbangkan berbagai hal dalam memutuskan untuk memberhentikan, menggeser, atau mengangkat menteri dan calon menteri.
"Reshuffle bukan RBT, rencana bangun tidur," tegas Presiden ketika menyampaikan pengumuman perombakan susunan kabinet di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (18/10/2011).
Presiden mengatakan, ketika dirinya hendak memberhentikan menteri yang berasal dari partai politik anggota koalisi pendukung pemerintah, dirinya melakukan konsultasi dengan pimpinan parpol yang bersangkutan.
"Kalau reshuffle ini menyangkut kesehatan yang berkaitan dengan seorang menteri, hasil pemeriksaan oleh tim dokter kepresidenanlah yang kami jadikan rujukan," kata Presiden.
Presiden mengatakan telah menerima hasil pemeriksaan secara lengkap disertai rekomendasi yang disampaikan secara resmi dan tertulis. Hal ini dilakukan Presiden demi menjaga akuntabilitas.
"Jika ada laporan dari seseorang atau masyarakat yang saya nilai mengandung kebenaran, maka saya akan minta dilakukan investigasi untuk melakukan pengecekan," kata Presiden.
Pada proses reshuffle kali ini, Presiden mengurangi dua jatah kursi menteri yang berasal dari partai politik. Jatah kursi Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera masing-masing dikurangi satu kursi.