Ilustrasi |
BANDA ACEH — Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis kemiskinan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis kemiskinan.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, Syech Suhaimi, Senin (2/1) menyebutkan periode Maret — September 2011, garis kemiskinan di Aceh naik sebesar 5,04 persen yaitu dari Rp303.692 per kapita perbulan naik menjadi Rp318.987 per kapita perbulan pada September 2011.
Didaerah perkotaan, garis kemiskinan justru mengalami kenaikan dari Rp333.355 per kapita perbulan naik menjadi Rp346.385 per kapita perbulan. Sedangkan untuk daerah pedesaan pendapatan per kapitanya juga naik dari Rp292.085 menjadi Rp308.265 perbulan pada September 2011.
Komponen garis kemiskinan di Aceh ini terdiri dari komoditi makanan dan non makanan. Komoditi yang paling penting bagi penduduk miskin di Aceh adalah beras. Sumbangan pengeluaran beras terhadap garis kemiskinan ini sebesar 33,12 persen di perkotaan dan 36,93 persen di kawasan pedesaan.
Sedangkan komoditi bukan makanan paling penting adalah pakaian menjadi andil yang cukup besar dengan total 28,85 persen di perkotaan dan 28,63 persen di pedesaan.
Peranan komoditi makanan yang lain terhadap garis kemiskinan Aceh adalah rokok kretek filter sebesar 15,25 di perkotaan dan 11,72 di pedesaan. Kemudian ikan tongkol, gula pasir, telur ayam ras dan cabe merah.
Sedangkan komoditi non makanan yang mempengaruhi kemiskinan di Aceh adalah perumahan sebesar 20.80 persen di perkotaan dan 20,93 persen di pedesaan. Kemudian pakaian, bensin dan kebutuhan listrik.
Masih dikatakan Syech Suhaimi, garis kemiskinan makanan merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan ini di wakili oleh 52 jenis komoditi yang meliputi, padi-padian, umbi, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahah, minyak dan lemak.
Sementara itu garis kemiskinan bukan makanan adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan.
“Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung hal tersebut digunakan hasil Survei Paket Komoditi Kebutuhan Daerah (SPKKD) untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan.
Sumber: The Globe Journal